Nama : Muhammad faezal arif
Kelas : 2EA26
NPM : 15213888
TUGAS I KEMELUT DI GOLKAR (TINJAUAN DARI SISI HUKUM)
I.
BABAK BARU KEMELUT PARTAI GOLKAR
Rasanya tak ada henti-hentinya gonjang-ganjing politik
ditubuh partai Golkar. Pada awalnya saya mempercayai bahwa perpecahan ini
adalah hanya upaya setting pangung politik saja untuk bargaining position
partai saja dengan pemerintah, seperti drama politik dua kaki yang selama ini
di praktekkan oleh Golkar. Namun ternyata dugaan saya keliru seratus persen,
ternyata golkar ternyata telah mengalami pergeseran budaya partai dan
kepentingan partai. Pada awalnya mereka hanya mempercayai bahwa tidak ada hal
yang lebih penting selain partai golkar itu sendiri, dibanding tentang
siapa yang memegang kekuasaan di dalam Golkar. Paradigma itu telah bergeser
kepada kepentingan kekuasaan saja, dan telah susah untuk di konsolidasikan
antara kepentingan penguasa satu dengan penguasa lainnya di tubuh partai
Golkar, dan kini golkar telah turun derajat seperti partai-partai lainnya yang
pengurusnya sibuk mengurusi perutnya sendiri-sendiri dibanding kebesaran nama
partai golkar sebagai rumah besar.
Pertarungan kubu Abu Rizal Bakrie (Ical) dan Agung
Laksono ini nampaknya belum juga menemui jalannya, dan justru semakin meruncing
kepada perpecahan. Pasca sidang Mahkamah Partai Golkar yang dipimpin oleh
senior golkar Prof Muladi, ditambah lagi dengan adanya surat keputusan dari
Menkum-Ham belum juga mampu menghentikan pertarungan kedua belah kubu, dan
justru membuat kubu Ical semakin meradang, dan membuat upaya benturan politik
semakin meluas.
Pasca munculnya surat keputusan dari Menkum Ham kubu
Ical tidak berdiam diri, dengan sigap dan gerak cepat mengumpulkan DPD I dan II
yang diklaim oleh pihaknya dihadiri sekitar 400 orang yang bertajuk rapat
konsultasi nasional. Pada situasi yang lain juga pertarungan antara kedua kubu
semakin panas, sebagaimana wawancara langsung di salah satu stasiun tv kubu
Ical yang diwakili oleh Ali Muchtar Ngabalin dan KubuAgung yang diwakili oleh
Yoris Raweyai. Dalam wawancara tersebut mereka saling tuding bahwa munas mereka
lah yang paling sah, dan munas lainnya “abal-abal”, dan kemudian dari wawancara
itu berbuntut panjang sampai terjadi pemukulan oleh orang yang tidak dikenal
kepada Ali Muchtar Ngabalin saat menghadiri gelar pertemuan di hotel Sahid.
Konsolidasi yang digelar oleh kubu Ical menyepakati
bahwa pihak Ical akan mengajukan gugatan ke pengadilan Jakarta Barat tentang
keabsahan dualisme kepengurusan ini. Pada situasi yang lain, pihak koalisi KMP
yang diwakili oleh Akbar Tanjung dan Amien Rais pun turun gunung untuk
menyampaikan kekecewaannya kepada pemerintah (menkum Ham) diberbagai media.
Mereka menandaskan bahwa pemerintah sesegera mungkin menghentikan intervensinya
kepada Partai Politik yang tengah berkemelut (Golkar dan PPP), dan memberikan
kekeluasaan kepada Partai Politik untuk menyelesaikan kemelutnya. Selain
langkah upaya hukum yang ditempuh, mereka juga menempuh jalur politik dengan
mengelindingkan isu akan mengajukan hak angket via komisi III untuk menyelidiki
keputusan menkum Ham mengenai pengesahan kepengurusan Golkar kubu Agung
Laksono.
Jika kubu Ical sibuk untuk melakukan counter atas
keputusan yang disampaikan oleh MenkumHam, maka hal berkebalikan dilakukan oleh
kubu Agung Laksono. Karena merasa telah mendapatkan pengakuan secara yuridis
atas kepengurusannya di Golkar dari MenkumHam, mereka langsung mengelar
berbagai pertemuan, baik untuk melakukan konsolidasi maupun safari politik
untuk mendapatkan legitimasi dari pihak eksternal. Langkah Agung Laksono
konsolidasi dilakukan untuk kembali menata ulang dan melakukan restrukturisasi
organisasi baik di level DPD I dan DPD II, hingga tidak segan-segan melakukan
pengantian kepengurusan yang dianggap tidak berpihak dengan kepengurusan Agung
Laksono. Untuk membangun legitimasi publik atas keabsahan kepengurusannya,
pihak agung laksono langsung melakukan safari politik ke Nasdem sekaligus
menegaskan bahwa Golkar akan segera merapat ke KIH.
Apa yang
akan terjadi di kemudian hari jika terus konflik?
Konflik politik yang tidak kunjung selesai ini
sejatinya telah menggerus banyak tenaga, baik di internal partai Golkar maupun
masyarakat. Rasanya susah sekali untuk move on dan segera fokus untuk membangun
bangsa. Bukan tidak mungkin akan terjadi perpecahan dalam tubuh Golkar jika
terjadi secara berlarut-larut dan bisa saja Golkar akan tertinggal momentum
penting Pilkada langsung. Keberadaan Golkar di daerah yang masih kuat dan
perpecahan yang terjadi di tingkat kepengurusan DPP akan mengobrak-abrik
soliditas partai di level daerah. Sudah barang tentu jika hal ini terjadi maka
Golkar akan tidak dapat apa-apa dalam level pertarungan di Daerah.
Pada level Nasional pun saya kira akan terjadi hal
yang sama, perpecahan kepengurusan ini akan berdampak pada soliditas fraksi
golkar di senayan, dengan demikian Golkar akan kembali gigit jari karena tidak
akan mendapatkan apa-apa dari pertarungan ini. Justru yang akan di untungkan
adalah partai-partai seperti hal nya Demokrat, Nasdem, Gerindra, dan
lain-lainnya. Selain itu, dari upaya memperoleh kemenangan dari pertarungan ini
akan membuat konsentrasi dan fokus partai Golkar dalam capaian target partai
dalam berbagai pemilu baik Pilkada maupun nasional akan terjadi penurunan
secara drastis, hal ini dikarenakan energi mereka telah habis terkuras dalam
pertarungan internal, juga akan kesulitan untuk mengkonsolidasi perpecahan di
daerah. Dengan demikian dapat diyakini bahwa perolehan suara partai golkar akan
anjlok sebagaimana nasib yang dialami partai Demokrat pada pemilu yang lalu,
dan akan ditinggalkan oleh konstituennya pada saat mendatang.
Sebagai partai yang besar dan telah kenyang bermain
dalam pangung politik, seharusnya mereka sesegera mungkin bisa keluar dari
kemelut ini. Berlarut-larutnya konflik ini tidak akan membawa keuntungan bagi
partai, namun hanya memuaskan hasrat politik sebagian orang saja dalam upayanya
membangun dan mempertahankan kekuasaan. Capain partai golkar yang pasca
reformasi hingga kini tetap dinobatkan sebagai partai terbesar diantara PDIP
dan lainnya, seharusnya disadari sebagai sebuah kepercayaan masyarakat yang
harus tetap dijaga dengan baik. Bukan justru berkonflik untuk berebut kekuasaan
didalam, yang justru akan membawa dampak kerugian bagi partai sendiri.
II.
DEMOKRAT VS GOLKAR, ATAU SEKEDAR
DAGELAN?
Bukan sekali ini saja pertengkaran kader Demokrat dan
Golkar pernah tersulut. Demokrat dan sejumlah parpol baru bisa dikatakan
merupakan sempalan dari Golkar, itu jika melihat dari manuver kader-kadernya.
Bicara soal kader, dahulu pernah ada isu rasisnya om Poltak yang bikin Fuad
Bawazier. Nah, sekarang ada lagi isu pencemaran nama baik antara Ramadhan Pohan
dan Ical. Makin ramai saja sandiwara politik yang ditampilkan di DPR, lebih
seru dan lebih lebai. Pintarnya lagi si Ramadhan Pohan mengambil momentum
dengan membawa nama aspirasi rakyat. Oh, jadi kalau menyangkut partai lain
labelnya aspirasi rakyat, sedangkan kalau menyangkut partai sendiri labelnya
apa ya?
Sebaiknya Ramadhan Pohan itu kalau mau bicara aspirasi
rakyat, lihat dulu ke dalam partainya. Bagaimana aspirasi rakyat atas konflik
yang terjadi di negara dan menyangkut rekan-rekan sejawatnya di Demokrat.
Tetapi bisa jadi karena Demokrat sedang disudutkan oleh media-media mainstream
makanya si Pohan yang satu ini hendak mengambil momentum membersihkan citra
kader-kader Demokrat. Paling tidak kalau sedang ada Anas atau Angie yang lagi
disorot publik dengan pemberitaan negatif, tetapi ada pula yang mirip Ramadhan
Pohan yang masih memerhatikan rakyat. Masyarakat seperti sedang disajikan
permainan spekulasi segelintir manusia berkedok "penyelenggaraan
kepemerintahan", tidak bisa ikut andil namun dampaknya dapat dirasakan.
Hanya jadi penonton yang setiap 4 tahun sekali harus memilih dan memberikan
suaranya dengan terpaksa, dipaksa oleh keadaan yang serba carut marut dan
harapan absurd bahwa kutukan ini segera berakhir.
Sementara Golkar sendiri, jika melihat secara personal
kadernya semisal Ical yang marah dikaitkan dengan perusahaan di Bima dan
istilah "Mesin ATM" yang digunakan oleh Ramadhan Pohan, jelas tak
ingin isu tersebut menciderai popularitas dirinya dan juga partai yang dia
pimpin. Adapun Pohan tampaknya berusaha membidik soal dana-dana yang masuk ke
partai jebolan orde baru itu. Di sisi lain saat ini partainya sedang dibongkar,
baik oleh media, LSM, DPR dan juga dicurigai masyarakat seputar aliran dananya.
Lihat saja keterangan Nazaruddin mengenai sejumlah uang yang beredar di acara
kongres Demokrat. Artinya, sumber keuangan partai pemenang pemilu itu sedang
dibedah mengenai kehalalannya. Lalu apakah Pohan justru ingin berbalik menyasar
kepada Golkar yang mana fraksi partai beringin tersebut paling getol berkoar
sejak pansus Century, dan menyerempet kepada sejumlah oknum kader partai
Demokrat. Apakah isu ini akan menjadi bola panas yang bergulir menabrak
partai-partai besar sehingga mereka harus pasang badan? Dan apakah karena
keberadaan isu ini maka Setgab koalisi akan bubar grak jalan? Kita tunggu saja
kelanjutan sinetron ini hingga season berikutnya.
Hahaha... "Memerhatikan suara rakyat" adalah
jargon dan slogan yang paling gampang dimanipulasi. Kalau aktornya menyangkut
kelompok keagamaan biasanya kata rakyat diganti kata umat. Saya ingat sekali
waktu si Ical pidato dan ditayangkan TVOne, tentang visi Indonesia 100 tahun ke
depan menurut versinya, yakni gambaran bangsa yang besar dan bermartabat. Namun
bagaimanakah caranya agar bangsa ini menjadi bermartabat kalau dididik dengan intrik
politik yang culas, lebai, korup, mafioso, dsb. Yang ada malah bangsa ini tetap
saja jadi cheerleader bangsa lain. Menariknya adalah adanya
pertengkaran-pertengkaran macam ini justru semakin membikin laku para pengamat
untuk tampil berbusa di televisi bikin prediksi macam cenayang. Pun stasiun
televisinya tambah asoy, karena media saat ini juga sudah jadi corong partai
politik atau pemodal-pemodal kakap.
Indonesiah, Indonesiah, saya cari aman dan pragmatis
saja ah. Daripada ikut-ikutan menyuarakan aspirasi rakyat dan memberikan suara
saya di ajang pemilu, lebih baik masuk partai abstain sejahtera.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar