Tebing Keraton (Tebing Karaton)
Sebuah tempat wisata yang menjadi tempat tujuan kami hari itu adalah sebuah tebing di salah satu kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Dago). Mungkin para pengguna twitter pernah mendengarnya dengan sangat baik, karena tebing yang di beri nama tebing keraton atau tebing karaton (Bahasa Sunda) ini pernah menjadi topik yang ramai di bicarakan.
Sebelum
terkenal, lokasi ini diberi nama cadas gedogan (sebagian menyebut cadas
jontor). Hingga kemudian sejak bulan mei di tahun 2014 nama cadas tersebut
diganti menjadi tebing keraton oleh salah seorang warga bernama pak Ase Sobana
yang dengan sukarela membuka lahan dan membersihkan lokasi tersebut. Beliau
mengaku bahwa pada awalnya beliau membuat jalan setapak seorang diri hanya
sejauh 25 meter dari depan rumah, serta meletakkan papan petunjuk bertuliskan
nama tebing keraton di depan rumahnya. Hingga kemudian usaha beliau membuahkan
hasil yang manis. Satu demi satu, dari mulut ke mulut dan sosial media, tebing
keraton ini menjadi semakin terkenal hingga kemudian kawasan ini dikelola
menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
Cara Menuju Tebing Keraton
Tebing keraton terletak di Kampung Ciharegem Puncak, Desa Ciburial, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Jika dilihat dari google maps, tebing keraton ini berlokasi pada titik berikut (namun saya sulit memastikan apakah titik tersebut menunjuk di lokasi yang benar) :
Cara Menuju Tebing Keraton
Tebing keraton terletak di Kampung Ciharegem Puncak, Desa Ciburial, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Jika dilihat dari google maps, tebing keraton ini berlokasi pada titik berikut (namun saya sulit memastikan apakah titik tersebut menunjuk di lokasi yang benar) :
Sebagai gambaran, dari sana pun
cukup terlihat bahwa jika melalui kota (misal jembatan layang pasupati) lokasi
tebing keraton berada lebih jauh dari lokasi Gua Jepang-Gua Belanda. Jadi jika
anda ingin mengunjungi tebing keraton, anda cukup menemukan arah ke Dago Pakar,
atau arah yang sama ke kawasan wisata gua jepang-belanda di Taman Hutan Raya
Ir. H. Djuanda (Dago). Setelah menemukan pintu masuk kawasan tersebut anda
lanjutkan saja perjalanan anda, karena perjalanan masih cukup jauh (Bukan masuk
ke tempat wisata gua jepang-belanda). Perjalanan tersebut pada dasarnya
merupakan jalan satu arah, jadi anda tidak perlu khawatir salah jalan. Apalagi
pada kunjungan saya di bulan maret 2015 tersebut sudah terpasang banyak
petunjuk arah.
Hanya saja, yang perlu dipertimbangkan, jalan kearah sana merupakan jalan yang bisa dibilang cukup sepi dan memiliki kondisi yang berbatu serta menanjak. Saya sendiri sering mengalami kesulitan menghadapi jalur menanjak tersebut, sehingga tak jarang sahabat saya terpaksa turun di kondisi jalan berbatu tanpa alas kaki karena performa motor saya yang memang buruk. Sempat juga merasa ragu apakah jalan tersebut benar-benar jalan yang tepat mengarah ke tebing keraton. Meski pada akhirnya, papan penunjuk arah memang tidak pernah bohong. Hehe
Sampai Di Lokasi Tebing Keraton
Tepat setelah hujan gerimis berakhir, saya dan sahabat saya sampai di kawasan tebing keraton, yang merupakan tujuan akhir dari perjalanan kami hari itu. Dia turun di sekitar pintu masuk masih dengan tanpa alas kaki, sementara saya melanjutkan perjalanan sedikit keatas untuk meletakkan sepeda motor dan membeli sandal jepit.
Biaya parkir dan tiket masuk yang dikenakan di lokasi tersebut terbilang cukup murah. Disana masih belum ada patokan khusus untuk harga parkir. Pemuda penjaga tempat parkir tersebut juga mengatakan bahwa biaya parkir disana "sukarela", jadi kita boleh memberi berapa pun. sementara untuk biaya masuk ke kawasan tebing keraton kita dikenakan biaya sebesar Rp 11.000,- perorang. Nominal ini juga tertera dengan lebar di tembok samping pintu masuk kawasan tersebut.
Dokumentasi
Saya sangat menyesal karena di hari itu saya tidak membawa kamera apapun. Bahkan Android yang saya gunakan pupus di tengah jalan karena kehabisan batrai. Sehingga mau tidak mau, semua dokumentasi bergantung pada sahabat saya.Berikut adalah beberapa Foto terkait Tebing keraton di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Dago). Gambarnya sedikit buram dari kualitas aslinya karena ia kirimkan melalui BBM.
Hanya saja, yang perlu dipertimbangkan, jalan kearah sana merupakan jalan yang bisa dibilang cukup sepi dan memiliki kondisi yang berbatu serta menanjak. Saya sendiri sering mengalami kesulitan menghadapi jalur menanjak tersebut, sehingga tak jarang sahabat saya terpaksa turun di kondisi jalan berbatu tanpa alas kaki karena performa motor saya yang memang buruk. Sempat juga merasa ragu apakah jalan tersebut benar-benar jalan yang tepat mengarah ke tebing keraton. Meski pada akhirnya, papan penunjuk arah memang tidak pernah bohong. Hehe
Sampai Di Lokasi Tebing Keraton
Tepat setelah hujan gerimis berakhir, saya dan sahabat saya sampai di kawasan tebing keraton, yang merupakan tujuan akhir dari perjalanan kami hari itu. Dia turun di sekitar pintu masuk masih dengan tanpa alas kaki, sementara saya melanjutkan perjalanan sedikit keatas untuk meletakkan sepeda motor dan membeli sandal jepit.
Biaya parkir dan tiket masuk yang dikenakan di lokasi tersebut terbilang cukup murah. Disana masih belum ada patokan khusus untuk harga parkir. Pemuda penjaga tempat parkir tersebut juga mengatakan bahwa biaya parkir disana "sukarela", jadi kita boleh memberi berapa pun. sementara untuk biaya masuk ke kawasan tebing keraton kita dikenakan biaya sebesar Rp 11.000,- perorang. Nominal ini juga tertera dengan lebar di tembok samping pintu masuk kawasan tersebut.
Dokumentasi
Saya sangat menyesal karena di hari itu saya tidak membawa kamera apapun. Bahkan Android yang saya gunakan pupus di tengah jalan karena kehabisan batrai. Sehingga mau tidak mau, semua dokumentasi bergantung pada sahabat saya.Berikut adalah beberapa Foto terkait Tebing keraton di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Dago). Gambarnya sedikit buram dari kualitas aslinya karena ia kirimkan melalui BBM.
Yang bisa
saya katakan adalah bahwa gambar yang saya tampilkan di situs ini sama sekali
tidak mewakili keindahan tebing keraton yang sesungguhnya. Banyak gambar yang
sahabat saya belum kirimkan karena kesibukan dia yang sekarang bekerja di salah
satu rumah sakit di Jakarta. Semoga kelak ada kesempatan.
PERBEDAAN NYA HANYA :
Tiket dulu
pas saya berkunjung kesana tiketnya hanya Rp. 4000 dan sekarang sudah Rp. 11000
dan jalannya menuju ke tebing kraton dulu masih parah dan belum bagus seperti
sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar