Pengemis yang (Tak) Layak Diberi
Mungkin
rekan-rekan sudah membaca berita di koran kemarin tentang seorang pengemis yang
kedapatan membawa uang 25 juta rupiah. Uang tersebut adalah hasil dari mengemis
selama 15 hari! Hitung sendiri pendapatan ibu ini dalam satu bulan. Jauh diatas
gaji seorang direktur. Melihat fakta semacam ini banyak kemudian teman-teman
saya yang akhirnya mulai meng-evaluasi cara mereka bersedekah kepada seorang
pengemis. Sebagian mulai menerapkan langkah "hati-hati" sebelum
memberikan sedekah mereka, sebagian yang lain lebih memperbesar sikap prasangka
mereka. Sebagian lagi -yang lebih logis- memilih memberikan sedekah mereka
bukan kepada pengemis, akan tetapi memberikan uang lebih kepada penjual koran,
pedagang asongan, dan mereka-mereka yang setidaknya ada usaha untuk mendapatkan
uang. Tentu dalam hal ini saya tidak sedang menvonis -bahwa ini yang benar,
bahwa ini yang salah- atas langkah-langkah yang diambil teman-teman saya di
atas. Namun, saya akan mencoba mencari titik tengahnya di sini. Mereka yang
bersikap hati-hati dalam memberi berarti mengambil sikap hanya memberikan
sedekahnya kepada yang mereka yakin betul-betul tidak mampu sehingga mengemis
menjadi jalan hidupnya. Bagi saya, hal ini bisa saja dilakukan ketika kita
sudah mengenal betul si peminta-minta tersebut. Tapi ketika kita baru bertemu
pengemis tersebut untuk pertama kali, tentu tidak mungkin kita menanyainya,
"Anda betul-betul pengemis atau tidak?" Sementara untuk berprasangka
buruk, kita pun dilarang. Maka dalam kondisi di atas, pilihan kita hanyalah
"tidak memberi" atau "memberi". Ketika pilihan kita jatuh
pada "tidak memberi", tidak ada jaminan bahwa ketika bertemu dengan
pengemis yang lain kita akan memberi. Sebaliknya, jika kita
"memberi", sedikit banyak akan timbul perasaan jangan-jangan dia
bukan orang yang benar-benar membutuhkan? Atau jangan-jangan rumahnya di desa
gedong?. Jangan-jangan... sedekah kita salah alamat? Bagi saya, bila menghadapi
rasa was-was seperti itu, yakinkan saja dalam hati kita bahwa Allah itu Maha
Pengatur Rejeki. Artinya, jika memang uang yang kita berikan kepada seseorang
bukan menjadi rejeki orang tersebut, maka uang itu pasti akan "lari" dari
orang tersebut, entah bagaimana caranya. Jadi bila kita bertemu dengan seorang
pengemis yang menurut pandangan umum memang layak diberi sedekah, maka
bersedekahlah. Tak jadi soal dia berpura-pura atau tidak. Atau doakan saja agar
sedekah kita itu bisa bermanfaat bagi orang tersebut. *** Lalu bagaimana dengan
orang yang bersedekah dengan cara memberi uang lebih kepada pedagang, dsb? Mana
yang lebih baik antara orang ini dan orang yang bersedekah kepada pengemis
tanpa berprasangka dan pilih-pilih? Buat saya, keduanya baik. Keduanya benar.
Lah, kalau keduanya benar, lalu mana yang salah? Yang salah adalah mereka yang
sok milih-milih orang tapi pada akhirnya tidak jadi memberi juga. Semoga kita
semua dijauhkan dari sifat kikir dan pelit ini.
Selengkapnya
: http://www.kompasiana.com/pri617/tentang-pengemis-yang-tak-layak-diberi_552bf6b46ea834d77f8b4576
Tidak ada komentar:
Posting Komentar